Sebuah Refleksi*) BELAJAR MENGOSONGKAN DIRI


31 March 2021 (3 years ago) Dhamma 5169 Viewers

           Belajar mengenal diri dan memahami diri, watak diri bukanlah hal biasa, orang suci zaman dahulu bersusah payah untuk menemukan Jati diri dengan pembinaan yang luarbiasa susahnya, pribahasa mengatakan kalau tak berjodoh mencari Sang Diri, sampai sepatu besi bolong pun tidak akan ketemu.  Bagaimana menemukan Sang Diri, Aku Sejati ditengah hiruk pikuk keramaian warna-warni duniawi, apakah memungkinkan kita menemukan Diri Sejati, dengan cara refleksi diri. “Mengapa dikatakan kita sebagai orang yang paling asing pada Diri Sendiri?.

           Hanya diri sendiri yang membuat masalah bagi diri sendiri, diri inilah tiap hari berebut dengan Rohani yang hidup dalam tubuh kita sendiri, karena karma warana yang berat dan tertutupi kilesa eksistensi dan ilusi duniawi membuat Sang Diri Sejati tidak pernah muncul di depan, malahan yang bekerja ego-diri membuat kesusahan dan penderitaan tiada akhir.

           Meminjam tulisan Master Fu Yu pada 1450 tahun lalu  dalam syairnya Raja Pikiran bahwa Pikiran, raja kekosongan ini halus dan pelik, tanpa bentuk dan rupa, ia memiliki daya spiritual yang besar. Ia bisa menghapus semua malapetaka dan mencapai segala pahala, kendati esensinya adalah kosong, namun ia adalah takaran seluruh Dharma. Jangan katakan sang Raja Pikiran adalah kosong dan tanpa esensi, ia dapat menyebabkan tubuh melakukan kejahatan dan kebaikan. Walau hakikat dari pikiran adalah kosong, ketamakan dan kebencian adalah riil. Para penganut tulen Dao, merenungkan pikiran mereka sendiri, tahu bahwa Buddha ada di dalam, tiada perlunya mencari di luar.

            Bagaimana mengosongkan pikiran kita dengan tetap waspada dan displin berlatih diri, Buddha Maitreya mengetahui jelas karma warana manusia akhir zaman, maka disampaikan tuntunan hidup untuk dibaca dan diingat direnungkan setiap saat, praktikkan dalam diri masing-masing. Bahwa Buddha Maitreya Yang Maha Kasih, kini tibalah masa pemisahan bajik dan batil, Buddha dan Mara, Kumala dan batu, hati manusia selalu penuh kebinggungan tanpa arah dan tujuan, penuh rasa takut. Makna terpenting adalah bagaimana dengan semua tugas yang gegap gempita bisa membantu melaksanakan misi Buddha Maitreya dan bisa mengosongkan diri, jiwa dan raga kembali pada titik nol, berpijak pada kondisi Ilahi.

            Diri bukan untuk direndahkan, tapi ia sebagai sarana, kenderaan menuju ketiadaan-diri, dengan ketulusan hati belajar mengosongkan diri dengan tidak mengharapkan apapun, tidak menuntut apapun, tidak melekat apapun, dan tidak memiliki apapun. Kembali pada titik nol dan berpijak pada ilahi. Rohani yang eksis dalam tubuhku adalah sunya, mulia, dan bahagia, namun hal ini tidak bisa dicapai bagi yang belum tercerahkan, maka sang Diri tidak bisa menjadi tuan bagi diri sendiri. Diri ini jangan dikuasai oleh aku palsu, aku yang ego-diri. Hanya dengan Kekuatan Kasih Tuhan, Kebijaksanaan dan cahaya kasih Buddha   baru mempunyai kesempatan   membina (xiudao dan bandao)  dalam hidup saat ini, kalau tidak  maka semua pembalasan karma warana segera menarik kita ke musibah dan bencana sebagai penderitaan tak bertepi.

          Maha Sesepuh Wang Ci Guang mengingatkan bahwa kita tidak akan mampu melakukan sedikitpun, jangankan mendukung misi Buddha Maitreya, melangkah saja kita tidak bisa, tidak ada kemampuan dan keberuntungan itu. Inilah keAgungam Misi Buddha Maitreya, dengan Cinta KasihNya tiada tara pada umat manusia. Sepenuh hati kembali pada kosong, dengan ketulusan hati memasuki ilahi, inilah makna terpenting refleksi diri.

           Para Buddha, Bodhisatva, dan Orang suci zaman dahulu melaksanakan pembinaan dengan upaya sendiri, ditempuh dengan sangat menderita sekali seperti Sejarah Buddha Sakyamuni terlahir sebagai Maha Bodhisatva masih harus membina bertapa selama 6 tahun di hutan Uruvela baru kemudian menemukan Sang Kebenaran Sejati, yaitu Kesempurnaan Tertinggi). Dengan semangat Bodhisatva yang sangat Tinggi, Agung, Dalam, dan Luas akhirnya ditemukan Jati Diri sebenarnya. Begitu juga Buddha Bodhidharma, Guru Patriakh ke-28 dari India ke Tiongkok menempuh jalan kaki menjadi  Guru pertama di sana harus membina dengan duduk bermeditasi selama 9 tahun menghadap sebuah dinding kosong. Yang Ariya Ananda murid Sang Buddha, yang mengikuti Buddha Sakyamuni belum bisa tercerahkan sampai kosong walau disamping Buddha, akhirnya menemukan Diri sendiri, semuanya kembali kepada Diri sendiri. Oleh diri inilah seseorang menjadi sempurna.

          Diri, Aku apabila menjadi tuan penguasa di kehidupan ini, menjadi sadar inilah Roh suci yang bangkit kembali, ia adalah bijak, indah, bajik, dan mulia. Ia adalah bibit rohani yang terbangun dari tidur nyenyak. Bagaimana mendobrak dinding delusi yang menghalangi untuk melihat hakikat diri, sejati, seorang Buddha. Dinding ini sebagai penghalang kebiasaan lama dalam berpikir dan bertindak. Maka dalam sebuah doa berkah memohon tuntunan kepada Buddha Maitreya yang memiliki Dharma gaib Tiada Tara, agar menuntun segenap kehidupan kita agar meninggalkan budaya lama menuju budaya baru, yaitu budaya mengasihi semesta. Semoga dengan ketekunan dan keuletan dibawah bimbingan orang suci kita bisa tercerahkan, menuju jalan kembali ke keselamatan hidup, kesadaran Nurani.

           Hidup menapaki jalan spiritual walaupun sudah lama, bagaikan berjalan diatas gigi tajam pisau cukur, kita kapan saja bisa jatuh tercebur kedalam jurang yang dalam, terutama dalam tindakan sembrono, acuh tidak acuh, kemalasan, frustasi, dan putus asa. Kita harus membangun dan mempertahankan suatu keseimbangan dalam sikap melepaskan yang terkonsentrasi untuk tetap bertahan pada jalur yang benar serta membuat kemajuan dalam membina batin.

          Bagaimana kita belajar memutuskan keterikatan pada kerisauan akan diri pribadi, untuk murnikan dan konsentrasikan sampai suatu keadaan mendalam dapat memperoleh kemajuan dalam membina batin, kearah pengalaman kesadaran. Suatu perbuatan  dilakukan baik atau buruk haruslah dimulai dari nol, dengan mengosongkan diri, jiwa-raga kembali pada titik nol, berpijak pada kondisi ilahi, ini petunjuk Maha Guru Buddha Maitreya penuh kasih, yang menjadi sumber pembinaan hati, tiada kemelekatan diri. Memulai pada pikiran yang terpencar, membawanya kefokus dengan menggunakan cara membinadiri(xiudao), mengamalkan ketuhanan(bandao), mengerti sejati(zhen zi), memahami sejati(zhen wu), dan mengamalkan sejati(zhen xing). Membina batin dengan sekeping hati yang tulus dan sejati. 

          Tugas utama berikutnya adalah memahami pentingnya kesadaran diri berkontak dengan para Buddha dan Bodhisatva untuk menelusuri langkah positif dan jawaban kebijaksanaan intuisi nurani, mengapa di dunia ini kita disebut sebagai makluk yang paling asing di semesta ini. Segala sesuatu dimulai dari diri sendiri, kitalah yang paling tahu atas apa yang dikerjakan, perubahan atas fenomena dunia juga karena ulah manusia, kita yang berpikir dan berniat setiap saat yang tanpa henti membuat bola bumi ini terus mengikutinya.  

           Bagaimana mengembangkan cinta kasih kecil menjadi cinta kasih besar, dengan memohon tuntunan Buddha Maitreya, agar segenap hidup dapat melaksanakan tugas mulia, dapat membawa kita kepada hidup bergembira, dapat ikut dalam membangun keluarga, masyarakat, negara, dan dunia yang harmonis dengan keindahan mulia, sunya, dan bahagia dalam mewujudkan Dunia Satu Keluarga.

            Energi aura positif terfokus harus dihimpun dan dikonsentrasikan, Buddha Maitreya Maha Kasih, memohon tuntunan beliau agar senantiasa memancarkan jiwa yang penuh keindahan mulia, sunya, dan bahagia, memancarkan aura energi positif yang kuat.

            Dengan Keyakinan pada ajaran dan transmisi Kebenaran Tuhan Yang Maha Kasih sebagai benteng eksternal, sehingga terpadulah kekuatan eksternal dan internal dalam diri. Terjadilah suatu pengalaman perubahan besar melalui tuntunan Buddha. Kita akan melepaskan angan-angan pribadi ego-diri, kemudian melebar pada setiap orang, melakukan hal yang sama pada waktu yang sama, menghindari gangguan-gangguan seperti perbincangan yang tak berguna dan bersosialisasi tak bermanfaat.

            Membentuk keheningan pikiran serta mencapai terkonsentrasi, mungkin akan timbul ketenangan, kedamaian, sukacita atau kebahagiaan sementara yang biasa, dan tetap pada Tujuan Dunia Satu keluarga, dunia sukhawati, dunia bebas bencana, semua pencapaian sementara bukan tujuan, karena ia bukan realisasi sejati.  Kita hanya bisa berpasrah diri kepada Rohani menjadi tuan dalam diri, dengan energi besar “Wu”(kekosongan) kesadaran diri, baru dengan keyakinan dan keteguhan tekad yang besar, menimbulkan fungsi kebijaksanaan dan cinta kasih kepada sesama. Roh ini sebagai bibit yang hidup sadar kembali merasa mau kembali ke Sang Ilahi.

            Untuk mengosongkan Diri, dimulai dengan memahami diri sendiri, dengan keyakinan besar, kita yakin pada kemampuan diri sendiri (sense of self), meneguhkan rasa diri yang masih sangat sempit, ego-diri yang sempit, memahami diri dengan kasih kecil mengembangkan menjadi diri dengan kasih yang besar, kita harus punya keyakinan penuh kepada Buddha Maitreya, semua akan terlaksana dengan baik, pasti sukses. Jangan gelisah, bersabarlah, pasti akan mendapatkan hasil, walau sedikit demi sedikit manfaatnya, kita harus merasa bahagia, gembira, dan bersukacita dalam pikiran dan tubuh. Keyakinan kepada Buddha Maitreya ini akan tumbuh sebagai motivasi dalam praktik nyata.

          Pribahasa mengatakan “Untuk menemukan Diri yang sejati, Anda harus kehilangan Diri Anda sendiri”, ini dimaksudkan diri sendiri adalah dipenuhi hasrat, keinginan rendah, agresi, dan delusi. Semua ini tiap hari mengikat diri manusia dan menimbulkan penderitaan. Kita harus menghapus tiga racun dalam diri, ketamakan, kebencian, dan kebodohan, baru bisa memperoleh kebijaksanaan, hakikat diri sejati akan tersingkap. Hakikat diri adalah ketiadaan-diri, dengan diri biasa, meminjam kenderaan ini menuju ketiadaan diri.

          Seorang Pembina Ketuhanan mengatasi godaan-godaan atau kondisi yang tidak menyenangkan dengan tidak menentang, jika seseorang memperlakukan Anda secara keji, tidaklah perlu diladeni atau cekcok dengannya, sebaliknya lakukan secara damai menghindari konfrontasi, ini houxue alami sendiri, dengan kasih diri houxue yang tersungkur melakukan kesalahan, kemudian dicemooh orang dan sungguh memalukan memang, tetapi ini bagian karma warana yang harus houxue lunasi. Merasa jengkel dengan kesulitan hanya akan menambah kesulitan dengan kesulitan, dengan selalu memelihara pikiran damai dan tak menentang semua ketenangan akan secara alamiah buyar.

          Dalam Kitab Sutra Intan dikatakan bahwa kosong-wujud tidak ada pembatas, tak ada jalan dari wujud menuju kekosongan. kemuliaan dan bernilainya hidup pada diri manusia, maka kita bisa berbuat sesukanya kita, serahkan kepada sifat Buddhatta yang kendalikan diri, Roh suci yang kendalikan diri, menyerahkan pasrah pada Tuhan, kondisi tertinggi, berpijak pada ilahi.

          Bagaimana kita bisa mengosongkan pikiran, dengan beberapa langkah antara lain ; mulai dengan mengosongkan fisik, raga, pikiran, dan kebiasaan sehari-hari, tinggalkan berbagai kesibukan sehari-hari. Kemudian pikiran mental yang muncul saat ini, dan belajar melupakan cara atau metode yang kita pakai,  yang disebut konsep tiga kosong(san kong), yaitu ren kong( mengosongkan pikiran kepada orang lain), shi kong,  mengosongkan peristiwa atau masalah yang kita hadapi dan fa kong, mengosongkan  aspek cara atau metode yang dipakai. Diibaratkan seorang pria yang sedang terpikat pada seorang gadis cantik sedang berjalan, sehingga ia lupa pada dirinya sendiri dan berjalan langsung kearah sebuah kubangan.

           Kembali kepada mengosongkan diri, menyucikan jiwa-raga dan berpijak pada ilahi, belajar mengosongkan masalah. Bisa melampaui kitab dan sutra walaupun berbeda agama, kepercayaan, suku, etnis hanya dengan mengosongkan diri tanpa diskriminasi baru bisa membantu keselamatan umat manusia yang 7 miliaran lebih.

           Dalam Buddhis umum dikatakan bisa masuk dalam tahapan dhyana atau samadhi intensif,  bagi yang tidak bisa mengosongkan diri akan menjadi rintangan. Ada lima level mengosongkan diri menurut master Zen, yaitu pertama mengosongkan pikiran, dalam pemikiran tentang kehidupan sehari-hari, kedua, letakkan segala pemikiran, pemikiran yang muncul, ketiga abaikan metode (cara), keempat lupakan diri sendiri, dan kelima lupakan lingkungan sekitar.

           Meskipun bisa mencapai kekosongan, kadang bisa melekat pada kekosongan kembali, ini menjadi rintangan dan  hambatan batin, seperti seorang bersamadhi mencapai cahaya terang, tak terbatas dan suara musik, merasa sudah terbebaskan, ketika kembali ke dunia ia dibawah pengaruh godaan hidup sehari-hari, kembali dalam kemelekatan, kemelekatan suara dan cahaya. Kadang kita timbul pikiran tenang dan damai,tak mudah timbul kekesalan, tetapi beberapa minggu kemudian mulai lagi dengan kemelekatan pada perasaan kemurnian dan kedamaian.

           Misi Para Buddha dan Bodhisatva segera datang ikut mendukung misi keselamatan dunia dengan kekuatan Kasih dan Kebenaran Tuhan menyelamatkan makhluk Tri Loka, dengan masa sangat kritis dunia sudah diambang kehancuran dan maha bencana, musibah sudah di depan mata, maka Buddha akan mengatur dengan sempurna siapa saja yang batinnya tak ada ambisi, bersatu dengan Hati Nurani, Hati Kasih dan Hati Ilahi melaksanakan misi penyempurnaan, kita mulai dengan mengosongkan jiwa. Orang yang menjadi pilihan Buddha adalah mereka yang disebut Pembina Sejati.

            Buddha Maitreya tidak akan mengizinkan orang-orang yang bermaksud untuk menghalangi misi Beliau, orang yang tak memenuhi syarat maka selangkah saja tidak akan bisa mengikutinya atau untuk maju saja tidak akan bisa. Misi keharmonisan Dunia Satu Keluarga merupakan misi terakhir penyelamatan akbar atas roh suci umat manusia untuk kembali ke sisi Tuhan Semesta. Orang yang dapat melihat misi Buddha Maitreya sangat mulia, sunya,indah, bahagia, tinggi, luas, dan dalam adalah mereka yang mencapai pencerahan, melihat dunia sebagaimana adanya, yang berbeda sekali dari apa yang ditangkap orang biasa. Kita orang biasa hanya melihat dunia dari perspektif ego-diri, kalau menguntungkan diri sendiri maka segera dikerjakan, kalau untuk keuntungan orang banyak, demi kebahagiaan orang banyak segera ditinggalkan.

           Orang tercerahkan dengan melihat sehelai daun, mereka sudah bisa melihat kosmos(seluruh isi jagad raya) yang terkandung. Keadaan ketersadaran besar ini tidak ada antipati, tiada kesenangan individu lagi, dengan mengorbankan diri, peduli pada urusan semua manusia dunia (altruis). Terakhir bisa menghancurkan kekosongan itu sendiri, dalam kekosongan, orang merasa bahwa segala sesuatunya eksis tanpa halangan. Dengan kasih kecil akan membawa kesadaran kecil, dengan kasih besar akan membawa kesadaran besar.

            Mari kita pahami dan sadar bagaimana akan memulai dan menghakhiri tugas penting. Mengapa dengan mengamalkan bahagia, keharmonisan dan membaur bersama   barulah   dapat   memasuki  Bumi   Suci   Maitreya;   Kembali   ke kampung halaman Ilahi; Sumber pokok semula; Bersua dengan Tuhan Sang Ilahi. Bagaimana memulai dan menyelesaikan Budaya Baru, Peradaban Baru, Konsep Nilai Baru dan Moralitas Baru serta membangun keluarga, masyarakat,  negara  dan dunia yang  harmonis dengan  alam?  Bagaimana mengembangkan kasih kecil menjadi kasih besar. Ini harus kita kontak setiap waktu, dengan cara terbaik apa kita jalani dengan Ketulusan Hati. Apapun untuk ego-diri kita harus dikorbankan demi keselamatan umat manusia dunia.

            Seorang Bodhisatva tidak punya sudut pandang tertentu, ia hanya suatu cermin dari makhluk hidup, ia tak mengatakan Aku akan berbuat ini atau itu untuk membantu orang lain. Tiada fungsi (Wu) Kekosongan, membantu semua mahluk hidup secara alamiah.

            Buddha Maitreya mengatakan bahwa Tanah Suci, Surga Dunia Sukhawati semua dapat di dunia ini sekarang ini juga, bukan tunggu nanti setelah seseorang meninggal, inilah Nilai tertinggi dari membangun Dunia Satu Keluarga, bahwa semua makhluk, manusia bersukacita merasakan kebahagiaan, kegembiraan, sukacita bersama, merasakan kegembiraan, kerukunan, dan kebersamaan harmonis, merasakan kesejatian, keindahan, kebajikan, yang maha tinggi, luas, dan dalam di samudra nurani.

            Urusan hidup (shengming) adalah terpenting, kita membutuhkan hidup yang bermartabat, hidup bermakna untuk semua orang, bukan hanya untuk diri sendiri. Segeralah kita menjadi orang Sadar, sadar dalam arti bisa memahami maksud dan rencana Buddha Maitreya dengan Misi ilahinya.  

            Semoga semua dapat kembali sadar, agar dijauhkan dari bencana dan musibah dunia.   

*)Penulis : Sonika, Dosen STAB Maitreyawira.

Dhamma Lainnya

...

Analisis Nilai Sebuah Upacara*) Fenomena Upacara Tradisi Ulambana

19 August 2024 (5 months ago)

 

...

In Memoriam(4) Sebuah Intuisi Sonika, Muridmu

23 July 2024 (6 months ago)

 

...

In Memoriam(3) Mengenang Pelopor Pendidikan Maitreya Riau

22 July 2024 (6 months ago)

...

In Memoriam(2) Mengenang Pelopor Pendidikan Maitreya Riau

22 July 2024 (6 months ago)

 

...

In Memoriam(1) Mengenang Mp.prajnasutta Penyampai “kebenaran Suara Nurani” Umat Manusia

20 July 2024 (6 months ago)

...

Refleksi*) Makna Chang Dan Harmonis Keluarga

10 June 2024 (8 months ago)

...

Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis, Dan Bahagia*) - Bagian 3

15 May 2024 (9 months ago)

...

Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis, Dan Bahagia*) - Bagian 2

13 May 2024 (9 months ago)

...

Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis, Dan Bahagia*) - Bagian 1

11 May 2024 (9 months ago)

 

...

Hongik Ingan Filosofi Korea - Dunia Satu Keluarga Versi Korea

02 May 2024 (9 months ago)

RED_STABM.

...

Ubuntu Filsafat Afrika - Dunia Satu Keluarga Versi Afrika

02 May 2024 (9 months ago)

Red_STABM.

...

Vasudhaiva Kutumbakam - Dunia Satu Keluarga Versi India

30 April 2024 (9 months ago)

RED_STABM.  

...

“qing Ming” Tiba Kepiluan Terasa *)

28 March 2024 (10 months ago)

 

...

Maha Karya Atas Kehendaknya*)

25 March 2024 (10 months ago)

 

...

Dunia Satu Keluarga - Oleh Rida Jelita

04 December 2023 (1 year ago)

SEMANGAT DUNIA SATU KELUARGA OLEH : RIDA JELITA Berbicara Dunia S...

...

Ulambana; Tradisi Ritual Cit Gwee Pua (kisah Bhiksu Mogallana Menolong Ibunya)

29 August 2023 (1 year ago)

...

Pahlawan Eco Enzyme Adalah Guru Dhamma “dapur Yang Baik, Bukan Dapur Yang Beracun”.

21 July 2023 (1 year ago)

 

...

Waisak Dan Pohon Kehidupan

31 May 2023 (1 year ago)

 

...

Tri Suci Waisak, Hari Sang Buddha*) (3)

29 May 2023 (1 year ago)

 

...

Losing Well Is A Skill

24 May 2023 (1 year ago)

 

...

Tri Suci Waisak, Hari Sang Buddha*) (2)

22 May 2023 (1 year ago)

   

...

Historis Buddha Tri Suci Waisak, Hari Sang Buddha (1)

15 May 2023 (1 year ago)

 

...

Tradisi Tionghoa Ritual Dewa Dapur (zao Jun) *)

13 January 2023 (2 years ago)

 

...

Makna Budaya Kue Bulan (mooncake Mid-autumn Festival)

09 September 2022 (2 years ago)

...

Waisak, Hari Pencerahan

14 May 2022 (2 years ago)

...

Memaknai Tahun Baru Lunar Kalender “imlek” *)

25 January 2022 (3 years ago)

Makna Perayaan Budaya Tionghoa  Dalam sejarah Tionghoa dunia...

...

Refleksi Kepada Orang Tua Berbakti Yang Termulia

23 October 2021 (3 years ago)

...

Refleksi Kesadaran Nurani : Kesadaran Bersama Membangkitkan Semangat Kehidupan

25 September 2021 (3 years ago)

...

Makna Berbagi Dan Peduli Kasih(4)

11 September 2021 (3 years ago)

...

Tuntunan Hidup Berlandaskan Kasih(3)

11 September 2021 (3 years ago)

...

Keindahan Cinta Kasih Yang Tak Berkesudahan(2)

10 September 2021 (3 years ago)

 

...

Kasih Menyelamatkan Dunia(1)

10 September 2021 (3 years ago)

                &nb...

...

Dengan Kearifan Dan Kasih Menghadapi Pandemi Covid-19 (2)

16 July 2021 (3 years ago)

DENGAN KEARIFAN DAN KASIH MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 (2) Melaksana...

...

Dengan Kearifan Dan Kasih Menghadapi Pandemi Covid-19 (1)

16 July 2021 (3 years ago)

DENGAN KEARIFAN DAN KASIH MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 (1) Kehidupan m...

...

Refleksi*) "membangun Kasih Dan Integritas" | Berkah Kue Chang (zong Zi)

14 June 2021 (3 years ago)

...

Menghormati Buddha Bukan Patung (arca)nya

22 May 2021 (3 years ago)

 

...

Refleksi*) “mengejar Waktu Memburu Kebenaran (dharma)”

30 April 2021 (3 years ago)

...

Sebuah Refleksi*) Belajar Dengan Langit-bumi Dan Keteladanan Orang Suci

21 April 2021 (3 years ago)

Dengan melihat Langit-Bumi kita bisa menjiwai Maha Kasih dan Maha Inda...

...

Lima Elemen,lima Budi, Dan Lima Sila Dalam Kehidupan Manusia

21 May 2020 (4 years ago)

“Lima elemen,Lima Budi ,dan Lima Sila yang bisa di pahami oleh o...

...

Tingkatkan Hidup Penuh Kesadaran

13 May 2020 (4 years ago)

           Kelahiran...

...

Renungan Dan Doa Waisak 2564/2020

07 May 2020 (4 years ago)

Namo Sakyamuni Buddhaya Namo Maitreya Buddhaya Salam Kasih dan Keind...

...

Refleksi Waisak 2564/2020

06 May 2020 (4 years ago)

Penulis : Sonika, S.E.,S.Ag.,M.Pd., Dosen Tetap STAB Maitreyawira dan ...

...

Berkah Waisaka

30 May 2019 (5 years ago)

Setiap tahun umat Buddha memperingati Tri Suci Waisak dengan penuh hik...

...

Bencana Tak Berpintu

29 September 2018 (6 years ago)

Ibu Pertiwi Berduka, Indonesia benar-benar berduka dengan datangnya be...

...

Dhammaniyama Sebagai Fenomena Alam “cosmical Body Of The Lord”

29 September 2018 (6 years ago)

Kita pernah menyaksikan Gerhana Matahari Total  pada 9 Maret 2016...

...

Dharma Bagai Cermin Hidup

20 September 2018 (6 years ago)

“Segala sesuatu adalah tidak kekal. Berusahalah dengan sungguh-s...

...

Apa Tri Pitaka?

20 September 2018 (6 years ago)

Pada suatu pertemuan bersama umat Buddha awam, dalam perbincangan sing...

...

Pemahaman Buddha Dharma

20 September 2018 (6 years ago)

            Per...

...

Pentingnya Hidup Dalam Kasih

11 September 2018 (6 years ago)

            Bag...

...

Kasih Alam, Sang Pemberi Tanpa Pamrih (refleksi Pada Linkungan Global)

11 September 2018 (6 years ago)

       Sudah menjadi kewajiban kita bersama dan ta...