06 May 2020 (4 years ago) | Dhamma | 2326 Viewers |
Penulis : Sonika, S.E.,S.Ag.,M.Pd., Dosen Tetap STAB Maitreyawira dan Dosen LB Universitas Riau.
Saat yang berharga dan Mulia ini, meskipun ditengah wabah Corona Virus (COVID-19), kita umat Buddha dapat jadikan momen perayaan Tri Suci Waisak 2564/2020 sebagai cermin untuk mengadakan anussati (perenungan) terhadap diri sendiri, introspeksi dan refleksi diri bahwa kehidupan realitas manusia dunia penuh penderitaan (kesengsaraan), karenanya Sang Bodhisatva Siddharta Gautama telah meninggalkan kehidupan yang sementara ini menempuh mahabiniskramana dengan kehidupan suci cara bertapa, guna menemukan obat yang bisa membebaskan manusia dunia dari penderitaan.
Buddha mengajarkan kita bahwa hidup ini penuh derita, karena ada sumber penderitaan, dan lenyapnya penderitaan serta ada jalan pembebasan dari penderitaan melalui Delapan Jalan Utama (Jalan Tengah, the middle ways).
Untuk mencapai kebahagiaan hidup dan pembebasan seseorang harus melawan arus derita, dan kondisi dunia timbul karena fenomenal adanya “mendapatkan” dan timbullah “kehilangan” yang silih berganti dan penuh derita, faktor mendapatkan dan kehilangan adalah dualisme yang saling melekat pada eksistensi manusia.
Fenomenal kehidupan kita di dunia saat ini sedang menghadapi ujian besar, penderitaan karena Pandemi COVID-19, yang menglobal, merupakan wabah yang menakutkan di dunia yang sudah menewaskan lebih 250.000 jiwa dan hampir 4 juta yang dinyatakan positif, sungguh menjadi wabah yang belum ada obat penawar dimasa sekarang. Termasuk di Indonesia, sudah menewaskan hampir 900 jiwa dengan kasus positif lebih 12.000 orang, ini bentuk penderitaan yang dialami setiap orang yang tidak bisa beraktivitas normal, semua stay at home, supaya tidak terjangkit pandemi COVID-19 ini.
Pangeran Siddharta pada 2564 tahun lalu sangat mengkhawatirkan kondisi penderitaan manusia karena sakit, sehingga beliau dengan semangat perjuangan dan dedikasi tinggi menjadi orang yang paling bijaksana di dunia yang dapat menjawab pertanyaan untuk mengakhiri penderitaan, kesedihan, ketidakbahagiaan, kesakitan, usia tua, dan kematian. Batinnya menjadi tenang sekali dan penuh kedamaian, karena beliau mengerti semua persoalan hidup dan menjadi orang Sempurna dengan gelar Buddha( Orang Sadar).
Ketika mencapai Penerangan Sempurna, Buddha mengatakan sebuah syair yang singkat sebagai berikut :
“Dengan sia-sia aku mencari pembuat rumah ini, berlari berputar-putar dalam lingkaran tumimbal lahir, menyakitkan, tumimbal lahir yang tiada habis-habisnya. O, pembuat rumah, sekarang aku telah ketahui,engkau tidak akan dapat membuat rumah lagi, semua atapmu telah kurobohkan, semua sendi-sendimu telah kubongkar, bathinku sekarang mencapai keadaan Nirvana dan berakhirnya semua nafsu-nafsu keinginan”.
Buddha menyadari betul bahwa hidup yang ditandai kelahiran, usia tua, kesakitan dan kematian, juga sedih, gelisah, kegalauan, tidak bisa dihindari oleh siapapun yang dinamakan manusia yang masih terikat, semua keinginan yang tak terpuaskan dan berkondisi adalah derita.
Tri Suci Waisak sebagai bahan Refleksi dan Renungan untuk mengenang kembali tiga peristiwa penting yang terjadi dalam Kehidupan Buddha Gautama, yaitu pertama ; Kelahiran Sang Pangeran Siddharta Gautama pada tahun 623 SM, kedua; Sang Pertapa Gautama mencapai Penerangan Sempurna menjadi Buddha tahun 588 SM, dan ketiga ; Sang Buddha Gautama wafat ,mencapai Mahaparinirvana tahun 543 SM, yang terjadi pada bulan yang sama di bulan Waisak ( bulan Mei).
Buddha, Sang Junjungan manusia dan dewa, di bulan Waisak alangkah bermaknanya dan bernilai spiritual bagi umat Buddha untuk melaksanakan Refleksi diri, bagaimana melepaskan diri dari kemelekatan, keinginan nafsu duniawi, belenggu-belenggu keinginan (tanha), dengan tekad mensucikan hati dan pikiran, belenggu keterikatan yaitu melekat pada nafsu indera, kebencian, dendam, kemauan jahat, tinggi hati, sombong, kegelisahan, kebodohan batin, kegelapan batin,dan keraguan. Sifat keburukan ini merupakan sumber keburukan manusia, sehingga menimbulkan karma massal dalam bentuk penyakit dan wabah yang mengancam seperti saat ini.
Dengan banyak merenungi sari-sari Dharma Buddha, hidup ini sebenarnya bagaimana kita memperaktikkan kehidupan yang benar baik pikiran, ucapan dan perbuatan bukan memohon berkah dengan kepentingan diri sendiri. Melatih batin yang bersih dari belenggu-belenggu kilesa. kehidupan benar akan membebaskan seseorang dari pikiran kejahatan dan memperbanyak perbuatan kasih, memperindah jiwa dengan kesucian batin. Kehidupan akan mencapai kedamaian dan sungguh merupakan berkah bagi dirinya dan orang lain. Dengan kurun waktu kehidupan yang singkat dan sementara, kita senantiasa berjuang memanifestasikan keindahan hati nurani (kasih dan keindahan) yang selalu membawa kebahagiaan bagi semua makhluk dan manusia.
Buddha bersabda: ”Berbahagialah mereka yang bisa merasa puas,Berbahagialah mereka yang dapat mendengar dan melihat Kesunyataan, Berbahagialah mereka yang bersimpati kepada makhluk-makhluk lain di dunia ini, Berbahagialah yang hidup di dunia dengan tidak melekat kepada apapun dan mengatasi hawa nafsu, lenyapnya ‘Sang Aku’ merupakan berkah yang tertinggi”
Tri Suci Waisak selalu mengingatkan umat Buddha bahwa telah datang ke dunia seorang Guru Manusia dan Dewa bernama Buddha Gautama, dengan pembinaan dan perjuangannya telah menjadi “Orang Sadar” dan Sempurna dalam Kesunyataannya, kemudian mengajarkan Hukum Kebenaran ini kepada manusia dan dewa.
Buddha Gautama dengan Api Dharma (semangat Kebenaran) 2500 tahun lalu sampai sekarang mengajarkan kepada manusia hidup yang benar sesuai Dharma, mengikuti Dharma, dengan tuntunan Dharma Buddha di dunia ini marilah kita kembangkan jasmani yang benar, pikiran yang benar, ucapan dan perilaku benar.
Pada momen Waisak ini, mari kita semakin merefleksi diri dengan cara :
Pertama: Kita meneladani Pribadi Agung Sang Buddha, dengan menghormati Kebenaran Buddha (Buddha Dharma), berbuat secara nyata Dharma (pati-patipuja), berusaha melepaskan kesenangan duniawi semata, tidak hanya mementingkan diri sendiri, hidup sederhana,bersikap rendah hati,bersahaja, tidak berebut atau menonjolkan diri.
Kedua: Sebagai umat Buddha yang mengembangkan sifat kasih, selalu berkehendak baik. Berbuat dengan kasih dan keindahan hati. senantiasa bijaksana menjalani kehidupan yang singkat ini, mempergunakan semua sebab-jodoh manusia, peristiwa dan benda yang sementara untuk mencapai tujuan hidup kebahagiaan sejati.
Ketiga: Hidup yang damai tanpa kekerasan, hindari kekejaman, senantiasa berusaha memupuk sifat baik dalam diri, mengembangkan sikap kepedulian sosial sesama masyarakat tanpa perbedaan. Seperti saat wabah pandemic COVID-19 ini kita lebih mengembangkan kasih peduli sosial kepada saudara kita yang tidak mampu dan menjalin kerukunan,keharmonisan hidup sesama baik intern maupun antar umat beragama.
Marilah kita jadikan Dharma, kebenaran mutlak ini dalam praktik dan pengamalan nyata dalam hidup sehari-hari, supaya hidup kita lebih bermakna.
Selamat Hari Tri Suci Waisak 2564/2020. Semoga kita semua dan sekalian makhluk berbahagia. Swaha!
![]() |
In Memoriam(1) Mengenang Mp.prajnasutta Penyampai “kebenaran Suara Nurani” Umat Manusia20 July 2024 (6 months ago)
|
![]() |
Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis, Dan Bahagia*) - Bagian 315 May 2024 (9 months ago)
|
![]() |
Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis, Dan Bahagia*) - Bagian 213 May 2024 (9 months ago)
|
![]() |
Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis, Dan Bahagia*) - Bagian 111 May 2024 (9 months ago)
|
![]() |
Dunia Satu Keluarga - Oleh Rida Jelita04 December 2023 (1 year ago) SEMANGAT DUNIA SATU KELUARGA OLEH : RIDA JELITA Berbicara Dunia S... |
![]() |
Ulambana; Tradisi Ritual Cit Gwee Pua (kisah Bhiksu Mogallana Menolong Ibunya)29 August 2023 (1 year ago)
|
![]() |
Pahlawan Eco Enzyme Adalah Guru Dhamma “dapur Yang Baik, Bukan Dapur Yang Beracun”.21 July 2023 (1 year ago)
|
|
Memaknai Tahun Baru Lunar Kalender “imlek” *)25 January 2022 (3 years ago) Makna Perayaan Budaya Tionghoa Dalam sejarah Tionghoa dunia... |
![]() |
Refleksi Kesadaran Nurani : Kesadaran Bersama Membangkitkan Semangat Kehidupan25 September 2021 (3 years ago)
|
![]() |
Dengan Kearifan Dan Kasih Menghadapi Pandemi Covid-19 (2)16 July 2021 (3 years ago) DENGAN KEARIFAN DAN KASIH MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 (2) Melaksana... |
![]() |
Dengan Kearifan Dan Kasih Menghadapi Pandemi Covid-19 (1)16 July 2021 (3 years ago) DENGAN KEARIFAN DAN KASIH MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 (1) Kehidupan m... |
![]() |
Sebuah Refleksi*) Belajar Dengan Langit-bumi Dan Keteladanan Orang Suci21 April 2021 (3 years ago) Dengan melihat Langit-Bumi kita bisa menjiwai Maha Kasih dan Maha Inda... |
![]() |
Lima Elemen,lima Budi, Dan Lima Sila Dalam Kehidupan Manusia21 May 2020 (4 years ago) “Lima elemen,Lima Budi ,dan Lima Sila yang bisa di pahami oleh o... |
![]() |
Renungan Dan Doa Waisak 2564/202007 May 2020 (4 years ago) Namo Sakyamuni Buddhaya Namo Maitreya Buddhaya Salam Kasih dan Keind... |
![]() |
Berkah Waisaka30 May 2019 (5 years ago) Setiap tahun umat Buddha memperingati Tri Suci Waisak dengan penuh hik... |
![]() |
Bencana Tak Berpintu29 September 2018 (6 years ago) Ibu Pertiwi Berduka, Indonesia benar-benar berduka dengan datangnya be... |
![]() |
Dhammaniyama Sebagai Fenomena Alam “cosmical Body Of The Lord”29 September 2018 (6 years ago) Kita pernah menyaksikan Gerhana Matahari Total pada 9 Maret 2016... |
![]() |
Dharma Bagai Cermin Hidup20 September 2018 (6 years ago) “Segala sesuatu adalah tidak kekal. Berusahalah dengan sungguh-s... |